Rahasia Membangun dan Menjaga Semangat Menulis

Membangun dan menjaga adalah dua kata yang harus menjadi kerabat. Tidak boleh hilang salah satunya sebab ketidakhadiran salah satunya bisa meruntuhkan bangunan kokoh yang hendak kita bangun. Dalam artikel ini yang saya maksud adalah membangun dan menjaga semangat menulis sehingga bisa menerbitkan buku sendiri.

Sudah sejak lama saya ingin menulis dalam napas yang lebih panjang lagi, contohnya non fiksi islam. Namun ada saja distraksi yang datang hingga saya hanya bisa tersenyum miris saat salah seorang teman penulis lagi dan lagi menerbitkan buku sendiri.

Entah karena waktu menulis yang saya rasa kian terbatas atau karena energi tidak bisa dibagi seluas dulu, saya memilih menulis dengan napas pendek saja. Apalagi saya ingin kembali menulis untuk media dan mengikuti lomba atau sayembara. Jadi, saya memang benar-benar harus bisa memanfaatkan energi semaksimal mungkin.

Strategi Penulis Artikel Biar Bisa Hasilkan Buku

Beberapa saat yang lalu, saya main ke iPusnas dan menemukan satu buku yang cukup menarik. Buku tersebut memiliki halaman standar, 120 halaman. Namun tiap babnya menjabarkan poin-poin saja sehingga saya sebagai pembaca cukup menikmati kata demi kata yang tertulis di sana.

Mungkin mirip seperti jumlah kata artikel yang biasa saya tulis di blog. Eh, berkat tulisan di buku ini saya jadi teringat pada calon buku yang masih ada dalam ingatan saja.

Tulis artikel pendek

Bagaimana jika saya mengawali langkah dengan menulis artikel pendek seperti saat saya menuliskan kata demi kata artikel untuk dipublikasikan di blog?

Tampaknya ini tidak sulit. Cukup 500 - 1000 kata sudah setara dengan 3 - 6 halaman. Jika konsisten selama 40 - 20 hari saja sudah bisa menghasilkan draft mentas naskah.

Artikel pendek-pendek ini kelak bisa disatukan sehingga membentuk buku pertama kita.

Berhenti beli buku

Eh, kok malah berhenti beli buku? Bukankah buku menjadi salah satu referensi kita saat hendak membuat buku. Eits, maksuda saya di sini adalah buku yang dibeli hanya untuk lapar mata. Baca sekilas, letakkan di sembarang tempat.

Tahu-tahu nanti buku Sobat ada segudang, menghabiskan nominal lumayan. Namun tak satupun buku yang dihasilkan.

Berhenti membeli buku dan fokuslah pada buku yang sudah ada.

Bukankah saat membeli buku itu harapanmu juga semua. Ingin menjadikan buku sebagai sumber referensi, bahan baca agar asupan energi lebih kaya.

Namun setelah buku didapatkan, lagi-lagi terbengkalai dan terlupa. Buku terus membumbung tinggi tanpa dibaca.

Membuka diri pada ebook

Meski saya sendiri juga masih menjadikan buku fisik sebagai pilihan nomor satu dibandingkan ebook, tetapi hal ini tidak menjadikan saya menutup diri pada kehadiran buku-buku digital ini.

Dengan membaca ebook, otomatis bagi saya yang berdomisili di Sumatera dan ingin membeli buku dari pedagang di Jawa nggak akan alami kendala. Tinggal transfer uang, ebook akan langsung dikirimkan melalui email kita.

Ebook menjadi pilihan karena gratis ongkos kirim.

Perhatikan daftar pustaka

Pernah baca atau dengar istilah ATM (Amati, Tiru, Modifikasi)? Sebagai calon penulis yang masih sering terombang-ambing keinginan ini dan itu, kita bisa mencoba hal ini. Setiap ada buku bagus, segera cek bagian belakang buku yang memuat daftar pustaka.

Kita akan mendapatkan informasi mengenai buku yang selanjutnya bisa kita jadikan referensi dalam menulis buku.

Jauhi sejenak akun media sosial

Menjauhi, ya bukan menghindari. Menjauhi di sini bersifat sementara dan bisa kita atur waktunya, sedangkan menghindari sepertinya bagi saya pribadi belum bisa karena beberapa hal yang berkaitan dengan dunia nyata pun mesti terhubung ke jaringan internet.

Tidak kalap ikutan kelas

Saya begitu merasakan perbedaan yang cukup berarti. Dahulu, sungguh susah menemukan mentor yang berkenan membuka kelas kepenulisan. Saya jadi banyak bertualang di laman mesin pencari.

Waktu itu saya belum berkenalan dengan dunia blogging. Informasi yang saya dapatkan banyak berasal dari blog yang jarang di-update. Alhasil tidak semua kiriman karya saya tersebut memperoleh balasan. Jangankan membahagiakan, sering kali malah berbalas mailer daemon.

Sekarang kelas kepenulisan bikin lapar mata. Semua kelas diolah dengan copywriting ditambah kekuatan ads maksimal. Kantong bisa jebol, lo! Pagi saat mengecek saldo masih gendut. Sorenya kok langsung busung lapar. Tahunya mutasi udah banyak daftar kelas sana-sini. Belum lagi buku berbagai genre dan versi.

Tentukan batas waktu penulisan

Sama seperti tenggat pengiriman naskah lomba dan sayembara. Menulis naskah buku agar sukses pun tentu butuh tenggat waktu. Jika tidak dibuat batas waktu bisa-bisa impian membuat buku akan berakhir dengan tahun ini ya tahun besok ya tahun besoknya lagi. Begitu seterusnya sampai lebaran ke lebaran. Alias nggak kelar-kelar.
Berhubung batas waktunya kita yang buat alias tidak tergantung orang lain, tentu tak harus saklek, tetapi tentu harus dikekang nggak terlalu longgar juga. 

Jika berhasil mengerjakan satu bab, boleh memberi diri apresiasi. Namun jangan kebablasan dan malah lupa lanjut menulis ke bab selanjutnya. Yuk, temukan artikel lainnya di Penulis Terapkan Digital Minimalism, Solusi Hidup Lebih Berkualitas

Rahasia membangun dan menjaga semangat menulis mungkin berbeda bagi setiap orang. Namun sobat bisa adopsi beberapa yang terbaik disesuaikan dengan versi kalian. Selamat mencoba, ya! (*)
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url