Inilah Refleksi Diri Seorang Penulis Cerita Anak

Beberapa waktu yang lalu saya mendengar kabar di komunitas literasi, ada salah seorang teman penulis yang bisa membangun rumah dari royalti buku. Masyaallah. Siapa yang tidak berkeinginan mendapatkan rezeki yang sama, ya.

Itu adalah hasil dari sebuah proses panjang. Sudahkah saya melewati proses beliau? Ah, tentu belum. Karena saat kabar itu beredar hasil karya saya masih berupa antologi.

Beberapa tahun sejak berita itu, alhamdulillah saya punya buku solo juga. Kabar teman saya tadi? Ya, beliau masih terus mendapatkan royalti dari menulis buku.

Catatan Refleksi Awal Mengenal Literasi

Catatan Refleksi Awal Mengenal Literasi


Sekarang, saya adalah seorang blogger yang senang menulis cerita anak. Apakah ini dikatakan terlambat jika dibandingkan dengan pencapaian teman saya tadi?

Jika berpikir seperti itu, bisa jadi apa yang saya dapatkan detik ini sia-sia belaka. Berarti saya tidak bersyukur dengan rezeki yang diberi sang Maha Kaya.

1. Cerpen Anak dimuat di Koran Lokal

Cerpen Anak dimuat di Koran Analisa Medan


Melati dan Kalung untuk Sang Putri dimuat di Analisa Medan pada Oktober 2014. Analisa Medan adalah salah satu koran lokal di Sumatera Utara.

Jika sebelumnya, alm. Papa mengajarkan saya untuk membaca koran dengan mengenalkan maksud kol dan hal, sekarang saya jadi suka membaca koran. Dari sana, saya jadi mengenal ada satu rubrik bernama Taman Riang yang memuat naskah cerita anak.

Saya membaca karya penulis, lalu saya berpikir, saya pun bisa bisa menulis serupa itu. Lantas saya menulis cerita anak karya saya dan mengirimkan via surel yang terletak di pojok halaman koran.

Minggu berganti minggu, karya saya nggak kunjung tayang. Ya, mungkin belum sesuai selera redaksi, pikir saya. Entah di minggu ke berapa akhirnya saya temukan nama terpampang indah di salah rubrik Taman Riang. Tentu saja lengkap dengan naskah cerita anak karya saya.

Saya yakin jika saat itu Alm. Papa masih ada, beliau akan terharu sebab beliau pun punya ketertarikan khusus pada dunia literasi baca tulis. Pun selalu antusias jika saya menceritakan segala sesuatu tentang harapan dan impian di bidang kepenulisan.

2. Buku Pengayaan Diterima Penerbit

Buku Pengayaan Diterima Penerbit


Berangkat dari usaha coba-coba kirim, siapa sangka berbuah manis. Ya, saat itu saya menemukan flyer penerimaan naskah buku pengayaan. Sayangnya waktu penerimaan sudah ditutup kira-kira sebulan sebelumnya.

Saya coba tanya di surel redaksi, apakah ada kesempatan mengirim naskah. Alhamdulillah pertanyaan saya dijawab dengan ramah dan diizinkan!

Langsung saja saya pilih satu naskah cerita anak yang sekira cocok dengan penerbit. Mengingat ini adalah buku pengayaan yang kelak akan disebarkan ke sekolah-sekolah (jika lolos penilaian) saya pilih naskah berjudul Yuk, Cuci Tangan Pakai Sabun (saat itu Indonesia masih berada dalam masa pandemi Covid-19).

Alhamdulillah, naskah tersebut diterima dan lolos penilaian!

Saya mendapatkan sejumlah uang yang lumayan kala itu. Selanjutnya setengah dari uang tersebut saya gunakan untuk mengikuti sertifikasi penulis nonfiksi.

3. Naskah dimuat di Majalah BOBO

Naskah dimuat di Majalah BOBO


Ada guyonan salah seorang teman penulis, katanya belum afdal menjadi penulis cerita anak kalau tulisannya belum pernah dimuat di Majalah BOBO.

Entah anekdot dari mana tapi memang berhasil menjadi penyemangat bagi saya dan banyak penulis lainnya untuk mengirimkan naskah ke makalah anak yang berumur lebih dari setengah abad itu.

Alhamdulillah, naskah saya juga tayang di Majalah BOBO. Berarti saya penulis cerita anak beneran, dong? Hahaha.

Perihal mengirim naskah ke Majalah BOBO ini masih menjadi idola. Terbukti, setiap postingan terkait hal ini menuai banyak komentar teman-teman penulis.

4. Peserta Terpilih Balai Bahasa Sumatera Utara

Tiga tahun terakhir saya memang menyasar lomba yang diadakan balai bahasa yang ada di provinsi tempat tinggal kami ini. Saya mencoba 'membaca selera juri'. Sayangnya dua tahun berlalu dan nama saya belum beruntung terpilih di antara deretan jawara. 

Tahun pertama ikutan diambil 5 pemenang. Tahun kedua diambil 10 pemenang. Alhamdulillah tahun ketiga, yakni di 2024 ini diambil 85 peserta terpilih. Ya, jika sebelumnya pihak balai bahasa mengadakan sayembara, khusus tahun ini bimbingan dan teknis. 

Kans menjadi satu di antara 85 orang jelas besar. Saya pun sangat ingin ikutan. Tapi karena menggunakan dwi bahasa, awalnya saya sempat mau mundur saja.

Detik demi detik menuju tanggal penutupan, kok saya masih penasaran, ya. Lalu saya cek website resmi balai bahasa. Ada satu buku yang terlihat lebih terang di antara buku lainnya, yakni ada label terjemahan bahasa Melayu Asahan.

Saya penasaran saja mulanya pengen lihat bahasa Melayu Asahan seperti apa. Lha, kok ini bahasa Melayu Tanjungbalai?

Alhamdulillah, saya lantas mencari tahu lebih dalam, ternyata Melayu Asahan itu ya Melayu Tanjungbalai. Duh, lagi-lagi pelajaran sejarah yang jadi favorit kok malah sejarah kota sendiri kurang paham?

Saya kerahkan tenaga tiga jam menuju deadline tiba. Alhamdulillah satu naskah picture book dengan nuansa kearifan lokal Tanjungbalai Sumatera Utara berhasil terkirim beberapa menit sebelum gerbang penerimaan naskah ditutup. 

Saat pengumuman tiba. Alhamdulillah, mimpi saya untuk menjadi penulis di Balai Bahasa Sumatera Utara tercapai. Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?

Apakah saya menyesal merasa terlambat mengenal dunia penulisan? Tentu tidak karena saya menyadari bahwa:
setiap orang punya titik start-nya sendiri. Dalam perjalanan menuju finish yang akan menentukan apakah ia layak menjadi pemenang atau lekas tumbang oleh ujian.

Refleksi diri seorang penulis cerita anak ini sungguh menjadikan perasaan saya lebih lega. Apalagi jika saya sudah bisa Mencipta Healthy Boundaries, Penulis Cerita Anak Bisa Apa? untuk menjaga kewarasan. 

Apakah Sobat pernah merefleksikan pencapaian hidup? Bagaimana cara menyikapinya? Yuk, berbagi di kolom komentar! (*)
Next Post Previous Post
8 Comments
  • Riffai R. Darmawan
    Riffai R. Darmawan 30 Mei 2024 pukul 14.51

    Sumpah merinding saya bacanya, saya selalu senang ketika membaca pencapaian dari hasil konsistensi diri. Dan setuju, setiap orang punya titik startnya sendiri.

    Soal refleksi diri, untuk saat ini saya menjabarkannya dengan perlahan saya tuliskan di blog, semoga kelak saya juga bisa menuliskan pencapaian yang mungkin sekarang tidak terbayangkan.

    Thanks for sharing.

  • Vicky Cahyagi
    Vicky Cahyagi 4 Juni 2024 pukul 16.57

    Inspiratif. Menulis sudah menjadi passion, sarana berbuat kebaikan untuk mencerdaskan anak, dan ladang rezeki juga. Sukses selalu

  • Hastin Pratiwi
    Hastin Pratiwi 5 Juni 2024 pukul 16.27

    Wah.. selamat atas berbagai pencapaiannya ya, Mbak. 🤗 Saya pun sebenarnya sangat terlambat memasuki dunia kepenulisan, termasuk dunia artikel, blogging, dan sekarang editing karena baru memulai di usia kepala 4. Namun, kita sedang tidak berkompetisi dengan siapa pun karena musuh terberat adalah diri kita. Tetap semangat!

  • Wahyu Suwarsi
    Wahyu Suwarsi 5 Juni 2024 pukul 16.33

    Semoga makin sukses ke depannya dengan menulis cerita anak, yang dapat menjadi teladan dan contoh yang baik bagi generasi penerus bangsa.

  • Sitatur Rohmah
    Sitatur Rohmah 6 Juni 2024 pukul 10.43

    Waah mantappp... Selagi kita mau berusaha dan terus tekun melakukannya maka Allah akan memberi reward berupa pencapaian luar biasa seperti yang mbak Karunia dapat. Selamat ya mbak. Pasti makin terpacu untuk herkaryablenih baik lagi, ya!

  • Sulis Nashwa
    Sulis Nashwa 7 Juni 2024 pukul 10.19

    Alhamdulillah, selamat ya mbak, sudah banyak karya yang dihasilkan dan prestasi yang diraih. Tentunya ini juga tidak mudah, butuh kerja keras dan usaha yang tidak kenal pantang menyerah. Terima kasih mbak sudah berbagi cerita, ini bisa menjadi motivasi buat saya untuk terus berkarya

  • Andri Marza
    Andri Marza 9 Juni 2024 pukul 20.25

    Satu kata untuk kakak, inspirasi. Cerpen masuk ke dalam majalah BOBO, luar biasa, proses editor dan penyaringannya sudah pasti ketat sekali.

  • Susi Susindra
    Susi Susindra 18 Juni 2024 pukul 18.39

    Pencapaiannya luar biasa, Mbak. Hal yang disukai dan ditekuni, pasti akan dapat hasil jika mempunyai jalur yang tepat. Saya berkali-kali melihat tawaran belajar menulis cernak serta melihat pengumuman capaian teman termasuk dari Balai Bahasa. Rasanya ikut senang. Pernah pengen ambil tapi saya lebih suka menulis buku nonfiksi sehingga hanya sampai kata ingin saja.
    Selamat ya Mbak. Tetap berkarya dan terus mencapai bintang baru.

Add Comment
comment url