Manfaat Menulis Cerita Anak Dwi Bahasa yang Harus Penulis Ketahui
Saat ini banyak bermunculan sayembara menulis cerita anak yang digelar kantor bahasa dan balai bahasa daerah. Uniknya, sayembara yang sudah digelar beberapa tahun terakhir ini seolah tak pernah kehilangan pamor.
Penulis cerita anak terus berdatangan dengan ide-ide segar. Jika seorang penulis cerita anak tak peka terhadap perubahan ini, ia isa tergerus zaman dan tergantikan AI.
Sayembara Menulis Cerita Anak Dwi Bahasa
Salah satu persyaratan lomba adalah dapat diikuti oleh masyarakat ber-KTP daerah tersebut. Ternyata alasannya tak lain dan tak bukan adalah agar peserta lebih paham dengan bahasa daerah yang dimiliki. Bahkan menggunakannya dalam komunikasi aktif.
Manfaat Menulis Cerita Anak Dwi Bahasa
Sebagai penulis cerita anak pendatang baru, kehadiran kata dwi bahasa adalah salah satu lahan untuk dapat bertumbuh. Sayembara jenis ini akan membuka peluang kemenangan lebih besar karena kita bersaing di ‘kandang sendiri;. Meski demikian tentu saja naskah yang kita sodorkan tidak sembarangan karena tetap ada proses seleksi.
Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang apa saja yang akan kita dapatkan jika mengikuti sayembara menulis cerita anak dwi bahasa?
1. Mengasah Kemampuan Berbahasa
Omong-omong tentang kemampuan berbahasa, tak semua orang dianugerahi bakat yang sama. Namun untuk belajar tentu tak ada batas. Dengan mengikuti sayembara menulis cerita anak dwi bahasa, seorang penulis tidak hanya mahir menulis dalam bahasa Indonesia, tetapi ia harus mampu menulis cerita anak dalam bahasa daerah yang ditentukan.
Bagaimana jika ia belum mampu menulis naskah dalam bahasa daerah? Saya sendiri pernah mengikuti lomba semacam ini dengan cara kolaborasi dengan salah seorang teman yang paham bahasa daerah tersebut.
Meski demikian kita harus cermat memperhatikan petunjuk teknis lomba karena ada lomba yang mengharuskan penulisnya bisa membaca dan menulis sekaligus. Atruya, hanya ada satu individu untuk lomba tersebut.
Saya mengikuti seleksi penulis Balai Bahasa Sumatera Utara dengan teknik seperti ini. Malah saya sempat khawatir membuat kesalahan saat mendapat telepn wawancara dari tim juri.
Saya diminta menceritakan isi naskah saya dalam bahasa daerah. Alhamdulillah, meski sehari-hari saya menggunakan bahasa daerah, saat di telepon, suara saya terdengar sedikit gemetaran. Hahaha, dasar saya.
2. Ajang Bertemu dengan Penulis Daerah
Ini adalah salah satu benefits yang akan penulis dapatkan jika karyanya sudah berhasil terpilih, ia bisa dengan leluasa menjalin hubungan pertemanan yang baru.
Hingga artikel ini tayang saya masih memiliki PR untuk itu karena saya masih mencari teman yang sefrekuensi.
Memang waktu 3x 24 jam kemarin butuh waktu untuk memaksimalkan penerimaan materi sehingga masih tergolong kurang maksimal membahas bagaimana agar penulis cerita anak ini bisa saling terhubung di dunia maya.
3. Memperbesar Peluang Kemenangan
Meski menang di kandang sendiri bukan berarti naskah yang kita hasilkan sekejap jadi, tetapi saya merasa kan kans memang itu lebih besar.
Apalagi jika kota naskah yang dibutuhkan cukup banyak. Kita tidak boleh melewatkan kesempatan untuk mengirim karya yang tak sekadar coba-coa tetapi penuh impian.
4. Portofolio Karya
Memiliki karya yang bisa menjadi portofolio tentu sangat menyenangkan pastinya, ya. Termasuk jika kita terpilih dalam seleksi penulis dwi bahasa. Kita akan mendapatkan sertifikat yang sangat berguna sebagai rekam jejak prestasi. Belum lagi karya kita yang Insyaallah akan tayang di website resmi nantinya. Oh, ya, pihak juri sudah mengatakan bahwa tahun ini naksh para peserta tidak akan dicetak, tetapi setiap orang bisa mengunduhnya nanti.
5. Pengalaman
Lebih dari itu semua, pengalaman adakah satu hal mahal yang tak terbayarkan dengan sejumlah uang. Bisa berkumpul dengan sahabat penulis dari berbagai atar belakang. Bisa menikmati sarana dan prasarana yang dikhususkan bagi penulis. Tak ketinggalan, bergabung dalam grup penulis yang bisa saling berbagi informasi literasi ke depannya.
Semua kemudahan ini tak akan didapatkan jika satu hari itu saya berhenti memilih untuk berhenti berjuang dan tidak mengirimkan karya.
Sedikit tambahan dari saya, jika event tersebut telah diadakan beberapa tahun sebelumnya, jangan ragu dan upayakanlah untuk melihat bagaimana karya penulis sebelumnya. Cara ini benar-benar ampuh.
Seperti saya yang awalnya mengira tidak mampu berbahasa daerah karena kerap menggunakan bahasa Indonesia, siapa tahu bahasa yang saya gunakan disela-sela bahasa Indonesia adalah bahasa daerah itu.
Saya mendapatkan informasi ini bukan dari hasil pencarian halaman internet seperti biasanya. Saya mendapatkannya justru dari karya pemenang tahun lalu yang diunggah di website resmi.
Saya memperhatikan dengan saksama karya yang berhasil memenangkan lomba. Setelahnya saya membuat naskah terbaik dan mengirimkannya beberapa hari sebelum tenggat waktu penutupan.
Menulis cerita anak dwi bahasa menjadi pengalaman berharga bagi setiap orang karena kita dituntut tidak hanya menghasilkan naskah terbaik tetapi juga kemampuan penerjemahan yang baik pula.
Sungguh kerja keras yang patut diapresiasi karena belum semua bahasa daerah memiliki kamus sehingga penulis harus berupaya mencari tahu melalui tutur lisan. Setelahnya jika masih kurang, tentu tak boleh melupakan referensi buku yang jumlahnya masih sangat terbatas. Tertarik mengembangkan karier kepenulisan cerita anak ke janjang yang lebih tinggi lagi? Yuk lanjut baca ke 5 Cara Taklukkan Lomba Menulis Cerita Anak Skala Nasional. (*)
Ingin membuat cerita dwi bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa sunda...semoga kesampaian suatu saat nanti ya mba Nia...kaya mba Nia buat cerita2 udah pro banhet.
Suka menulis cerita anak ya, kak? Jenis tulisan ini terasa asing bagi saya. Sekarang lagi banyak membaca jenis nonfiksi. Btw, nambah wawasan loh baca ini...
Luar biasa... 'tepuk tangan' pengalaman yang sangat berharga. Terima kasih sdh dibagikan kisahnya. Aku terkesan dengan kalimat "tentang kemampuan berbahasa, tak semua orang dianugerahi bakat yang sama. Namun untuk belajar tentu tak ada batas." Sebagai blogger tentu hal ini akan sangat berharga, keterbatasan bahasa bukan alasan untuk menyerah, tapi sebuah pemicu untuk terus belajar. Thumbs up!
Bahasa Indonesia memang pemersatu bangsa. Namun, hal itu jangan dijadikan alasan mengesampingkan bahasa daerah. Melalui buku, kita bisa melestarikan sesuatu, termasuk bahasa.
Bagus juga ini mengikutsertakan anak-anak untuk mengikuti lomba menulis. Selain untuk menambah pengalaman, juga bagus untuk mengasah kemampuan berbahasa anak-anak kita.. Semakin sering ikutan lomba, semakin bagus perkembangannya..
Wah menarik sekali ya mbak ide lombanya, karena selain mengasah kemampuan menulis juga turut serta melestarikan bahasa daerah. Kalau nanti daerah saya ada lomba seperti ini, rencananya saya mau ikut juga
Mengikuti event-event seperti ini, selain untuk memperkaya portofolio dan pengalaman, juga untuk memperkuat mental dan menambah pembelajaran.
Makasi sharingnya, Mbak.
keren lo cerita anak dwi bahasa, apalagi bahasa daerah selain mengangkat kearifan lokal, anak juga bisa belajar tentang bahasa daerah
Banyak manfaatnya ya menulis cerita anak, bisa mengasah kemampuan menulis jadinya ya. Jadi punya banyak pengalaman
Bagus sekali, jadi bisa melestarikan budaya lewat penggunaan bahasa asli daerahnya. Jadi generasi muda pun bisa lebih menghargai keragaman negerinya 🙂