Mencipta Healthy Boundaries, Penulis Cerita Anak Bisa Apa?

Entah sudah berapa banyak kelas menulis cerita anak yang saya ikuti sejak dua tahun silam. Setiap ada kelas, saya langsung daftar dan bayar.

Saya selalu menunggu-nunggu jadwal kelas dimulai. Apa daya, karena beberapa kelas diselenggarakan dalam waktu bersamaan, saya malah kehilangan fokus pada satu kelas. Ujung-ujungnya menonton rekaman kelas yang semangatnya jauh berbeda dengan ketika kita mengikuti secara daring.

Begitu seterusnya sampai saya menyadari ada yang salah pada diri ini ….

Teman-teman seangkatan saya, teman yang sama-sama memulai langkah menulis cerita, dengan bangganya memamerkan entah buku, pengumuman juara, diamanahi menjadi mentor kepenulisan, dan lainnya.

Saya? Memberi ucapan selamat dengan tulus sekaligus tak menampik ada ‘iri positif’ kapan saya bisa ada di pencapaian mereka?

Saya jadi rajin scroll linimasa media sosial mereka hingga menemukan apa yang menjadikan mereka demikian. Ya mereka disiplin dan konsisten dengan pilihan masing-masing.

Misalnya, ada satu teman saya yang hari-hari membuat status tentang proses yang dijalankannya ketika menulis cerita bergambar. Ia membaca banyak buku sejenis, mengikuti kelas menulis, dan tentu saja menulis cerita anak terbaik versinya.

Ia mengirim ke penerbit atau mengikuti lomba. Ia memasang status kegagalan. Lalu pelan-pelan kegagalan itu berubah menjadi status kemenangan.

Saya? Masih sibuk ikut kelas menulis cerita anak di mana-mana. Namun nggak disiplin dan konsisten. Saya belajar buku cerita anak bergambar, saya belajar cara membuat buku aktivitas, saya juga belajar membuat script komik. Semuanya saya selesaikan dengan level ‘sekadarnya’ malah ada kelas yang saya lewatkan kesempatan mengirimkan tugas yang jelas sangat berharga karena mendapatkan koreksi, masukan, dan saran dari mentor.

Memang ada orang yang bisa menjalani kelas-kelas tersebut dengan prinsip multitasking. Namun saya tidak pernah menilai apakah hasil yang ia capai dengan sesuai dengan ekspektasinya. Ya, kadang kita melihat kembang mekar tanpa ingat perjuangan menaklukkan luka.

Mencipta Healthy Boundaries, Hari Depan Lebih Manis

Healthy Boundaries adalah


Saya sampai di titik merasa perlu menetapkan batasan yang sehat dalam karier menulis cerita anak. Saya pun mencoba disiplin dan konsisten untuk hal-hal berikut:

1. Fokus pada Jenis Buku Anak


Ada 9 Jenis Cerita Anak dan Contohnya yang bisa sobat temukan di postingan ini.

Jika ingin menjadi ahli di salah satu jenis tulisan, lakukan berulang sampai kita lelah. Kalimat ini pernah saya dapatkan dari seorang mentor menulis.

Saya mencari jawaban dari pertanyaan berapa waktu yang dibutuhkan untuk menjadi ahli? Jawabannya pun saya termukan. Ternyata, dalam penelitian Andreas Erickson dari Florida State University disebutkan bahwa seseorang perlu meluangkan waktu selama 10.000 jam untuk menjadi ahli dalam sebuah keterampilan.

Sudahkah saya melakukan satu keterampilan selama 10.000 jam? Hm, sepertinya masih jauh panggang dari api.  

Saya sering sekali ikut kelas dalam waktu bersamaan. Memang satu kelas diadakan via zoom dan satunya via WA. Saya merasa mampu menjalani dua peran di kelas tersebut. Nyatanya, saat penugasan, saya nggak bisa menyelesaikan dengan maksimal.

Bahkan sering kali saya menyusul menjelang tenggat waktu pengumpulan. Duh, apa yang saya lakukan? Jika ini adalah salah satu bentuk pemborosan di zaman digital, sungguh saya berlindung diri dari dari sifat ini. 

2. Tuntaskan Kelas


Alih-alih berpindah dari satu kelas ke kelas lain dengan hasil kurang optimal, sebaiknya ambil satu kelas lalu amankan prosesnya dari awal hingga akhir. Misalnya saya baru saja mengikuti kelas menulis script komik. Selanjutnya saya akan mencari sumber pendukung lain yang membuat saya lebih mudah menyelesaikan tugas di kelas.

Jika ada kelas menulis cerita anak lainnya? Ya, skip dulu. Kamu kuat, kok!

3. Tidak Menunda

tidak menunda pekerjaan


Prokrastinasi memang terbukti membuat saya keteteran sehingga melewatkan banyak kesempatan. Saya sadar mungkin tak mudah, tetapi tak ada jalan lain untuk terus mencoba. Penjelasan lebih lanjut tentang prokrastinasi bisa sobat temukan di artikel Terlalu Berharga untuk Menjadi Sang Penunda, ya!

4. Bersedia Belajar dari Kesalahan


Belajar bukan sekadar mengikuti kelas seperti yang sudah-sudah, ya. Namun benar-benar fokus belajar dari kesalahan. Jangan lagi biarkan semua ilmu, semua biaya, kuota dan semua waktu terbuang percuma. 

Masih ingat bagaimana rempongnya saat diri ini mengikuti banyak kelas dalam satu waktu. Lalu banyaknya kelas tersebut juga memberikan tugas. 

Apa yang terjadi? Ya, tugas selesai hanya untuk memenuhi target kelas. Ilmunya? Entah menguap begitu saja. Harusnya kan tidak begini, ya. Belajar sebagai investasi untuk tugas besar lain. Keterampilan yang diasah untuk pencapaian, bukan sekadar memenuhi penugasan. 

5. Atur Waktu Pencapaian

atur waktu pencapaian


Oh, ya, dalam sebuah webinar kepenulisan saya pernah mengorek kebiasaan salah seorang mentor, bagaimana tipnya dalam membagi waktu untuk menulis, membaca, rumah tangga, dan karier di lingkungan sosial.

Hasilnya, ya, dia bisa membaginya dengan support sistem. Juga tak lupa melihat kapasitas diri. Enggak semua-semua kesempatan mau diambil, terlebih jika kemampuan terbatas untuk itu.

Nggak banget kita menguras energi untuk satu hal yang kurang berarti dengan mengabaikan keperluan lain yang jelas membutuhkan energi lebih. 

Mencipta health boundaries bukan perkara gampang bagi saya. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam langkah pencapaian. Jika satu pencapaian telah berhasil diraih, kita boleh merayakan dengan mencipta selebrasi layaknya Small Celebration Penulis Cerita Anak ini. Sejatinya kita tidak bisa membuat senang setiap orang, tetapi kita bisa membuat senang hati saat berbagi.

Yuk, lanjut ke artikel Inilah Refleksi Diri Seorang Penulis Cerita Anak dan temukan refleksi pencapaian hidup ala Sobat supaya kita makin semangat meraih pencapaian dalam hidup. (*)
Next Post Previous Post
18 Comments
  • Andiyani Achmad
    Andiyani Achmad 30 Mei 2024 pukul 16.16

    jadi memang ya mak konsisten dan disiplin itu adalah kunci agar semua yang kita lakukan dan kerjakan itu mulus terus

  • Rella Sha
    Rella Sha 31 Mei 2024 pukul 15.14

    aaa aku tertampar bagian ikut banyak kelas yang akhirnya cuma kewajiban menyelesaikan kelas aja, ilmunya menguap... zleeebb banget!

  • tantiamelia.com
    tantiamelia.com 31 Mei 2024 pukul 19.30

    Ketampol pisan euy!
    Hari ini sedang sediiih karena "tak diajak" dalam acara dalam sebuah komunitas. Eh tahu-tahu baca postingan dikau ini mbak Sylvi, Masya Allaaah ... aku sampe ulang-ulang baca lagi!

    Makasih ya untuk tulisannya : "tak lupa melihat kapasitas diri. Enggak semua-semua kesempatan mau diambil, terlebih jika kemampuan terbatas untuk itu.

    Nggak banget kita menguras energi untuk satu hal yang kurang berarti dengan mengabaikan keperluan lain yang jelas membutuhkan energi lebih. "

    Menyadarkan bahwa saat ini - fokusku sedang tak di situ, so let it be, gitu ya mbak?

  • Suciarti Wahyuningtyas (Chichie)
    Suciarti Wahyuningtyas (Chichie) 31 Mei 2024 pukul 21.02

    Menciptakan healthy boundaries tuh memang penting banget ya mak, apalagi kalau berhubungan dengan pekerjaan yang memang tidak boleh ditunda. Belajar dari kesalahan pun membuat kita jadi lebih baik ya. Konsistensi juga penting ya mak, karena namanya sesuatu yang dikerjakan itu memang butuh konsisten.

  • Diah Alsa
    Diah Alsa 31 Mei 2024 pukul 21.20

    stay fokus dan tidak menunda itu wajib banget ya Mbak, kalau ntar aja terus, kapan jadinya? duuuhh kayak ditabok deh postingan ini, dari dulu pengen banget lho bisa punya karya sendiri, buku antologi yang dikerjakan borongan pun gak jadi-jadi, malah keluar grup karena gak bisa selesaiin tugas huhuh, payah deh saya ini.

  • Gieska
    Gieska 1 Juni 2024 pukul 15.58

    Dalam menulis, konsistensi ini memang yang paling sulit dilakukan. Komitmen untuk sebuah pencapaian dalam menulis harus benar-benar dipegang kuat.

  • Ida Raihan
    Ida Raihan 1 Juni 2024 pukul 17.01

    Perasaan itu, sama persis dengan yang saya rasakna sekarnag ini Mbak. Ketika teman temna lain seangkatan sudah melejit, say amasih berada di tempat. Sedih, iri, tapi sadar diri, memang ada ynag salah di diri ini, managemen waktu terutama. Ehh jadi curhat akunya.

    Makasih tipsnya Mbaak.

  • Niken Nawang Sari
    Niken Nawang Sari 1 Juni 2024 pukul 18.24

    Menulis itu ternyata harus konsisten ya kak. Kalau lagi males-malesan, harus inget lagi komitmennya gimana buat nulis.

  • lendyagasshi
    lendyagasshi 1 Juni 2024 pukul 18.45

    Akutu sukanya kalau kata urang Sunda mah "Ngarawu ku siku".
    Semuaa pingiiin dan semua diikuti. Akhirnya?
    Keteter.

    Apalagi ga bisa juga menghindari Prokrastinasi.
    Akhirnya kalau uda gagal, aku suka ngademin diri dengan muhasabah.
    Apa yang kudu diperbaiki, apa yang kudu dikurangi dan gak ngerjain mefet DL lagi.

  • Atisatya Arifin
    Atisatya Arifin 1 Juni 2024 pukul 19.00

    Terima kasih banyak mbak untuk tulisan ini. Healthy boundaries ini sepertinya bisa diterapkan tidak hanya soal penulisan cerita anak ya, tetapi untuk pembuatan konten secara umum. Dari semuanya kayanya konsistensi sih yang paling jadi pe-er untuk aku.

  • Siti Nurjanah
    Siti Nurjanah 1 Juni 2024 pukul 19.50

    Untuk meraih yg kita dambakan jalannya memang tidak mudah dan tiap org tak selalu sama. Yg penting jgn berhenti terus belajar dan konsisten pada apa yg ingin dicapai
    Semoga suatu saat karya cerita anaknya bisa terpublikasikan ya

  • Yayat
    Yayat 1 Juni 2024 pukul 21.35

    Duh merasa tertampar bener aku sebagai blogger yang tidak konsisten dan suka menunda tugas hiks.. mau berubah tapi baru sebatas niat.. help!

  • Dewi Rieka
    Dewi Rieka 1 Juni 2024 pukul 22.25

    Setelah banyak mengikuti kelas, langkah selanjutnya ya mulai praktek..ikut proyek, lomba, jajal kirim ke penerbit, atau apa saja yang mendorongmu berkarya..sudah dapat banyak ilmu, waktunya memulai sekarang juga..

  • Armita Fibriyanti
    Armita Fibriyanti 1 Juni 2024 pukul 22.27

    PR saya juga nih tentang menulis konsisten dan fokus pada satu tema... Kadang pengen nulis yang lain-lain, tapi terikat harus fokus.

  • Khoirur Rohmah
    Khoirur Rohmah 1 Juni 2024 pukul 23.30

    Merasa tersindir banget dari artikel ini. Walau berbeda hal yang ditujukan
    Tapi intinya tetap sama, perlu menciptakan health boundaries itu
    Jangan menunda adalah PR banget, kalau ingin bisa lolos harus konsisten, jangan nunggu nanti2 malah bisa2 ga jadi, gagal lagi, ahhh jadi teringat lagi T_T

  • khairiah
    khairiah 2 Juni 2024 pukul 00.02

    seperti biasanya selalu merasa tersentil deh, aku tipikal sering ikut kelas nulis berbayar tapi jarang praktek, gimana mau maju

  • www.kisahsejati.com
    www.kisahsejati.com 2 Juni 2024 pukul 18.02

    Menciptakan healthy boundaries itu memang penting banget ya mbak. Saya termasuk yang terkadang menunda pekerjaan dan nanti saja. Mau buat buku "ingin" nya doang tiba pada pelaksanaan sering males. Ah, harus semangat nih
    Salam: Dennise Sihombing

  • alia fathiyah
    alia fathiyah 5 Juni 2024 pukul 14.27

    Aku salut sama teman-teman yg konsisten menulis, terutama buku. Niat pengen punya buku sendiri susah banget dan aku menulis itu tergantung mood. payah emang, karena kalau menulis dipaksakan hasilnya gak bagus, berasa banget. kalau menuilis pake hati aku kadang suka takjub sendiri, ''ini gw yang nulis?' hehehehe

Add Comment
comment url