Pentingnya Nomor Rekening Pribadi bagi Penulis Cerita Anak
Seorang penulis cerita anak ternyata juga memiliki keharusan memiliki nomor rekening pribadi, lo. Saya ingat dalam sebuah percakapan di grup kepenulisan. Saat diadakan lomba dan sayembara menulis yang mewajibkan penulis mencantumkan nomor rekening banyak juga teman-teman penulis yang kalang kabut karena belum memiliki nomor rekening pribadi. Lantas muncul pertanyaan apakah boleh pakai nomor rekening orang tua, suami atau saudara?
Padahal memiliki nomor rekening di era sekarang tidak susah, ya, membuatnya pun ada yang bisa dilakukan secara online. Khawatir dengan biaya administrasi? Ada kok bank yang tidak membebankan biaya administrasi bulanan pada nasabah.
Hari ini saya baru saja kembali dari dua bank yang berbeda. Bukan, bukan untuk mengambil uang tetapi karena kartu atm dan mobile banking saya terblokir. Sebab Kemarin tanpa sengaja saya melakukan satu kesalahan di ponsel sehingga harus buru-buru ganti pin atm. Lantas saat malah lupa jadinya.
Pengalaman saat ATM dan Mobile Banking terblokir di Bank Muamalat
Ini mengakibatkan kesulitan tersendiri, lo. Apalagi saat mobile banking terblokir, saya akan mengikuti kursus online menulis cerita anak dan membeli buku cerita anak yang sedang diskon di salah satu marketplace.
Mau tidak mau saya harus segera mendatangi sc untuk melakukan perbaikan. Mengapa tidak melalui online saja? Ya saya sudah melakukannya terlebih dahulu. Di bank satunya, mereka tidak bisa membantu untuk perbaik\bn kartu atm secara online. Harus langsung ke cs.
Di bank satunya, pulsa saya mendadak habis karena saat menelepon cs ternyata saya harus menunggu waktu lebih lama. Saat itu pula saya ketika menelpon ada 20K dan langsung ludes. Padahal saat saya hitung jika langsung ke bank saja tidak perlu menghabiskan pulsa demikian, ehehe
Persiapan Saat Mobile Banking Terblokir
Saya sangat takjub ketika customer service mengatakan saya telah mencoba pasword hingga 52 kali! Haha, dan itu salah semua! Saya ditanya, apakah betul sama sekali tidak mengingat password tersebut. Tentu saja saya lekas menggeleng dan mengatakan tidak.
Lantas mereka mereset password saya dan mengatakan masih ada tiga kali kesempatan untuk mencoba. Syukurlah keadaan atm sedang sepi. Saya seperti nasabah prioritas yang bisa bolak balik customer service tanpa perlu antre.
1. Bawa kartu tanda pengenal
Begitu masuk, satpam langsung menyambut dan menanyai maksud dan tujuan saya. Setelah mengetahui informasi tersebut, dia memberikan lembaran permintaan yang harus saya isi. Cukup mudah tanpa perlu sok-sok mengingat karena saya sudah siap dengan KTP di dompet.
Apakah perlu memberikan fotokopi KTP? Jujur kebijakan untuk tidak lagi membawa fotokopi KTP sangat saya apresiasi.
Saya pernah punya pengalaman ke bank dan harus menyerahkan fotokopi KTP. Harusnya saya bisa menyelesaikan segala administrasi dalam 15 menit ini jadi 30 menit.
Saya yang tidak mengendarai sepeda motor harus berjalan kaki atau naik becak untuk mencapai tukang fotokopi. Duh, ini sanngat merepotkan sekali. Seharusnya pihak pembuat keputusan menyadari bahwa belumlah semua nasabah yang datang menggunakan kendaraan pribadi.
2. Siapkan buku tabungan, ATM
Buku tabungan penting karena nomor rekening jelas tertera di sini. Dalam kesempatan ini saya juga sekalian mencetakkan buku. Karena jarang digunakan, memang buku tabungan saya belum perlu diganti. Uniknya di bank Muamalat ini mereka nggak menjelaskan secara rinci keperluan kita untuk apa saja. Menurut saya jadi lebih hemat. Jika ingin mengetahui detail-nya kita bisa ke aplikasi mobile banking IDM.
3. Jangan lupa isi kuota dan daya ponsel
Ini salah satu kejadian memalukan yang sering saya alami saat bepergian, yakni kehabisan daya ponsel. Padahal saya juga sudah bolak-balik ke e-commerce mencari tahu power bank yang cocok, tetapi selalu ada saja alasan untuk menunda keinginan pembelian.
Kuota data juga perlu dicek karena untuk menggunakan mobile banking kita akan dihubungkan menggunakan jaringan internet.
Kalau daya ponsel yang habis kita bisa minta tolong but isi daya, tetapi kalau kuota daya yang habis masak iya kita tethering?
Kiat agar mobile banking tidak terblokir lagi
Saya baru saja mendapatkan informasi bahwa PIN, TIN da, pasword adalah tiga kunci yang berbeda tetapi bisa disamakan jika khawatir lupa.
PIN digunakan saat kita hendak masuk ke aplikasi mobile banking. TIN digunakan saat kita hendak melakukan transaksi di mobile banking dan password digunakan untuk masuk ke aplikasi mobile banking.
Ketika informasi ini bisa memiliki kata kunci yang sama, bisa pula berbeda. Tadinya saya ingin membuat berbeda, tetapi karena khawatir lupa lagi, saya menyamakan ketiganya.
Ohya, sebelum me-reset password, data kita akan diverifikasi. Jadi pastikan data seperti nama, alamat, nama ibu kandung benar-benar sudah sesuai dengan data aslinya, ya.
Setelahnya kita akan mendapatkan password baru dalam selembar kertas bersegel yang dibuka customer service persis di hadapan kita. Dengan cara seperti ini tidak akan timbul rasa was-was jika password tersebut sudah bocor. Meski begitu, setelah menerima password bersegel dari bak, nasabah masih diberikan kewenangan untuk tetapi menggunakan password tersebut atau menggantinya.
Untuk biaya penggantian kartu dikenal 20 ribu, ya. Uangnya nggak perlu diberikan karena langsung terdebet dari nomor rekening kita, kok.
Manusia adalah tempatnya lupa, tetapi kita bisa mengantisipai dengan mencatat pada tempat yang aman, kan? Bisa juga sih dalam perjalanan kita lebih mudah mencatat di ponsel daripada di kertas. Di mana pun tempat itu yakinlah bahwa itu memang terbaik. Nomor rekening pribadi emang penting bagi penulis cerita anak, jadi jangan abai pada penjagaan, ya. (*)