Menulis Cerita Anak untuk Media Cetak, Rahasia Dimuat Cepat!
Banyak orang yang ternyata ingin mencoba peruntungan dengan menulis lalu mengirimkan naskah cerita anak ke media cetak. Mereka tergoda ketika beberapa sobat penulis mem-posting berita pemuatan karya mereka di media cetak. Secepat itu ya. Tulis, kirim, dan lupakan bekerja.
Nyatanya tidak sesederhana itu, dibutuhkan beberapa persiapan sebelum akhirnya naskah cerita anak itu menemukan takdir indahnya, tayang di media cetak incaran.
Lakukan hal ini jika ingin naskah cerita anak tulisannya cepat dimuat
1. Perhatikan alamat email
Alamat email ini menjadi awal sekali yang perlu diperhatikan sebab menurut pengalaman saya di masa terdahulu yang mengirimkan naskah secara ‘gradakan’ tanpa memperhatikan apakah alamat email tersebut masih aktif atau tidak, ternyata tidak membawa berita pemuatan pada akhirnya.
Kita bisa terima jika karya tidak dimuat karena belum sesuai selera redaktur media cetak. Namun jika karena alasan salah kirim alamat email atau terkirim ke alamat email yang sudah tidak aktif ini menunjukkan bahwa kita sangat sedikit minat bacanya. Padahal penulis adalah pembaca yang baik.
2. Perhatikan jumlah kata yang tersedia
Karena media cetak memiliki ruang untuk penempatan cerita, oleh sebab itu kita nggak bisa mengirimkan naskah secara suka-suka jumlah katanya. Jika ia menyediakan rentang 500 - 750 kata, taatlah pada aturan ini. Sebab kurang atau lebih jumlah kata akan berpengaruh pada pertimbangan naskah dimuat atau tidak.
Meskipun jika naskah kita bagus dan sesuai selera redaktur, bisa jadi kita diminta untuk menyesuaikan jumlah kata sebelum pemuatan.
Namun ini sangat jarang terjadi karena berhubungan dengan redaktur yang harus bekerja dua kali.
3. Perhatikan tema
Sering kali peluang pemuatan lebih terbuka lebar pada naskah yang dikirim sesuai tema. Oleh sebab itu jangan sampai sobat penulis cerita anak melewatkan kesempatan ini.
Meskipun tentu persaingan akan selalu ada. Dari sekian banyak naskah yang dikirimkan ke alamat redaksi, hanya akan terpilih satu naskah untuk ditayangkan.
Jika ingin menyasar tema naskah ini, perhatikan timeline, ya. Jangan mengirim naskah menjelang hari besar tersebut. Peluang akan menjadi kecil karena sesungguhnya naskah sudah dipersiapkan jauh-jauh hari untuk pembuatan..
4. Perhatikan kata pengantar
Meski terkesan sepele, ucapan di badan email ini bisa memicu pembatalan naskah cerita anak kiri dimuat di media cetak. Pernah pada suatu ketika saya main copas sana-sini ketika mengirimkan naskah. Saya terlupa untuk mengganti kop pengiriman.
Syukurlah redaktur baik hati itu berkenan menerima naskah kiriman saya. Setelah kop surat diganti, naskah saya langsung ditayangkan.
Namun tidak semua redaktur bertingkah baik hati seperti ini. Oleh sebab itu, teliti sebelum mengirimkan naskah cerita anak sangat perlu diperhatikan.
5. Perhatikan waktu kirim
Seperti pada poin sebelumnya tentang menangkap momentum, ini juga perkara bagaimana waktu kirim pun mempengaruhi pembuatan naskah cerita anak.
Jika harian yang kita sasar terbit di hari Minggu, berarti pada hari Selasa atau Rabu, redaktur bisa saja memilih naskah untuk ditayangkan. Mengingat bahwa ini adalah koran mingguan, seleksi juga dilakukan setiap pekan.
6. Perhatikan koran yang terbit setiap pekan
Saya sering memperhatikan koran yang terbit setiap pekan terutama pada bagian sastra.
Di sini kita bisa memantau, apakah redaksi menerima naskah dari luar, alamat email yang mereka siapkan, hingga waktu tunggu pemuatan.
Sering kali dari aksi kepoin media ini kita mendapatkan peluang pengiriman lain yang belum banyak tersebar sehingga kans penayangan lebih besar.
7. Perhatikan Jadwal Penayangan
Jadi begini, sobat, saat kita mengirim naskah ke media cetak, kita perlu terus memantau situasi pemuatan naskah. Kita tidak bisa hanya terus menerus mengirim tanpa memantau pemuatan.
Memang ada istilah tulis, kirim, dan lupakan, tetapi tidak berarti lupakan terus, ya. Lupakan ini ada agar kita termotivasi untuk menulis karya selanjutnya. Jangan hanya terpaku pada satu naskah yang sudah terkirim saja.
Namun memperhatikan jadwal penayangan artinya kita peduli pada kelanjutan nasib naskah kita tersebut. Saat naskah tersebut tak kunjung dimuat dalam jangka waktu tertentu dan kita merasa sudah saatnya mengirimkan naskah ke media lain, itu sah-sah saja, kok. Asalkan jangan lupa untuk menyertakan surat pemberitahuan penarikan naskah, ya.
Sobat, menulis dan mengirimkan cerita anak untuk media cetak sesungguhnya tak beda dengan mengirimkan naskah ke media online bahkan penerbit buku. Langkah-langkahnya harus diperhatikan secara cermat mulai dari ide hingga proses kirim, bahkan penantian kabar pemuatan atau terbit.
Tahap sabar sangat memegang peranan penting dalam setiap langkah-langkahnya. Tanpa sikap ini, semua tahap tidak bisa terlewati dan bisa jadi ketika sampai di satu tahap lalu memutuskan untuk tidak melanjutkan dan beralih pada naskah lain. Yuk, lanjut baca ke Menulis Cerita Anak untuk Media Elektronik, Tayang Segera!
So, siap untuk menulis cerita anak untuk media cetak? Jika masih kesulitan, tak ada salahnya berdiskusi dengan sobat penulis seperjuangan, ya! Yuk, bagikan pengalaman sobat di dalam kolom komentar! (*)
Wah makasih infonya mbak, pas nih soalnya aku lagi belajar nulis cerita anak. Walau baru antologi, semoga suatu hari nanti bisa punya buku sendiri aamiin
Waah ternyata ada trik-triknya juga ya mbak agar tulisan kita cepat dimuat di media. Terima kasih sharingnya mbak.
Menjadi penulis cerita anak adalah salah satu impianku.. tapi untuk memulai selalu ragu. Dengan baca artikel ini jadi semangat ingin coba kirim dimedia cetak.
Ternyata menulis cerita anak juga ada triknya ya mbak agar bisa tayang di media cetak. Aku pun ingin suatu saat karyaku bisa dimuat di media cetak
Mengirim naskah ke media cetak memang susah-susah gampang ya, Mbak. Tapi kalau sudah pernah tayang sepertinya jalan terus terbuka untuk dimuat ulang.
Terima kasih tipsnya Kak, mau coba konsisten nulis dan kirim terus ke media cetak, semoga ada yang tembus
Dulu tuh pengen banget namaku masuk dalam karya media cetak, tapi kok susah banget. Sampe akhirnya menemukan platform Blog yg bisa mengobati kekecewaan
Mentaati aturan jumlah kata itu kadang gimana gitu ya. Ketika sedang menulis cerita anak, gak tau aja kata-kata yang sudah ditulis ternyata sudah lebih dari 1500 kata.