5 Tips Ampuh Memilih Kelas Menulis Cerita Anak Berkualitas
Tentang menulis cerita anak memang tak ada habisnya untuk dibahas. Jika kemarin kita telah apa dan bagaimana persiapan yang harus dilakukan sebelum cerita anak dihasilkan, kali ini kita akan beranjak pada pembahasan yang intinya kira-kira mengatakan, bagaimana bisa menghasilkan cerita anak berkualitas jika seorang penulis cerita anak pendatang baru tidak belajar pada ahlinya?
Nggak kok, Kak. Saya bisa belajar menulis cerita anak dengan melihat tutorial YouTube, postingan penulis cerita anak senior, dan hasil baca-baca di buku.
Memang belajar bisa dari mana saja dan tidak ada batasan sumber, tetapi belajar langsung pada guru tentu berbeda.
Barangsiapa menempuh jalan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya untuk menuju surga” (HR. At Tirmidzi no. 2682, Abu Daud no. 3641, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).
Menuntut ilmu dalam sebuah majelis ilmu ternyata memudahkan jalan menuju surga karena saat itu banyak rahmat yang diturunkan.
Beda, ya? Oh, tentu, jadi belajar langsung pada ahlinya memang lebih utama.
Selanjutnya, bagaimana kriteria memilih kelas menulis cerita anak berkualitas? Bukankah semua kelas sama saja? Ya, semua kelas memang sama-sama mengajarkan tentang cara menulis cerita anak, tetapi tentu masing-masing kelas dirancang sesuai kebutuhan peserta.
Cara Pilih Kelas Menulis Cerita Anak
Mari kita lanjutkan pembahasan bagaimana cara memilih kelas menulis cerita anak bagi penulis pendatang baru.
1. Rekam jejak mentor
Sebelumnya, sobat harus menargetkan belajar kali ini dalam rangka apa? Sebagai ikhtiar memenangkan lomba atau membuat buku cerita anak?
Jika jawabannya adalah memenangkan lomba, peluang belajar pada mentor yang sudah bolak-balik memenangkan sayembara adalah satu hal yang sangat sayang untuk dilewatkan.
Namun jika target sobat adalah membuat buku cerita anak, pilihlah mentor yang buku-buku hasil karyanya menghiasi banyak toko buku, apalagi jika buku tersebut terpajang di rak best seller.
Keuntungan berlipat jika sobat bisa belajar pada mentor penulis cerita anak yang sering memenangkan sayembara sekaligus sudah punya banyak karya yang terpajang di toko buku.
2. Penyelenggara
Penyelenggara kelas beraneka rupa. Ada yang langsung dari penulisnya, ada yang berasal dari komunitas, ada pula yang berasal dari platform tertentu.
Sahabat bisa memperhatikan hal ini juga karena kita akan membayarkan sejumlah biaya. Beberapa penyelenggara juga terkadang menyebutkan dalam edaran info lomba bahwa keuntungan kelas tersebut akan dibagikan sekian persen untuk donasi. Sobat bisa mempertimbangkan seluruh info yang tertera.
3. Biaya
Bicara soal biaya kita akan kembali pada penyelenggara. Sependek pengalaman saya saat mengikuti kelas menulis cerita anak, memang ada perbedaan hal ini. Ya, bisa jadi terkait administrasi yang berlaku. Tentang biaya ini bervariasi sesuai benefits yang diberikan. Sobat bisa mempertimbangkan apakah biaya yang dibebankan sesuai dengan keuntungan yang akan didapatkan atau sebaliknya.
4. Benefits
Keuntungan mengikuti kelas menulis cerita anak memang menghasilkan cerita akan yang berkualitas, tetapi ada hal lain yang bisa juga menjadi acuan sebelum mengisi google formulir kepesertaan.
Ada kelas yang dilaksanakan melalui aplikasi WA, berupa tanya jawab dengan mentor dan materi yang bisa dibaca masing-masing peserta. Ada pula melalui aplikasi zoom, bukan hanya tanya jawab tetapi juga asistensi karya, ada pula melalui rekaman video, selanjutnya tanya jawab berlangsung di grup WA.
Yep! Pilihlah kelas yang memang sesuai dengan kenyamanan.
Saya pernah mengikuti kelas menulis cerita anak melalui zoom di saat tugas sedang banyak-banyaknya. Alhasiil, saya tidak menghasilkan karya yang sesuai harapan. Tentu hal ini sangat disayangkan karena banyak hal membuat saya rugi. Sudah membayar biaya kelas, ilmu apapun tak didapat.
Ohya, saya juga mempertimbangkan apakah kelas tersebut menyediakan recording (jika diselenggarakan via online) sebab saya tidak selalu bisa hadir saat kelas berlangsung.
Bagi sahabat yang mungkin punya kepentingan pada bukti mengikuti kelas berupa e-sertifikat, jangan lupa untuk memastikan ketersediaan pada penyelenggara. Sebab ada beberapa kelas yang tidak memberikan e-sertifikat. Biasanya, kelas yang berlangsung satu kali pertemuan dan tidak ada penugasan, juga tidak menyediakan e-sertifikat. Ada juga yang tetap memberikan e-sertifikat sebagai wujud apresiasi.
5. Tindak lanjut
Poin ini berhubungan dengan langkah terarah selanjutnya setelah sobat mengikuti kelas menulis cerita anak. Jika sobat sudah selesai kelas, jangan biarkan ilmu yang didapatkan menguap begitu saja. Harus ada tindak lanjutnya.
Beberapa kelas menyediakan wadah pembuatan antologi bagi tulisan yang dijadikan penugasan.
Ada pula kelas yang melakukan seleksi terhadap hasil karya yang masuk untuk selanjutnya diterbitkan.
Ada juga kelas yang menyediakan ruang diskusi bagi para alumni. Uniknya di grup WA ini juga sering disampaikan peluang kepenulisan dari penerbit. Duh, cakep!
Memilih kelas menulis cerita anak berkualitas tidak sulit, kok. Sobat bisa memperhatikan info yang tertera, menghubungi kontak person, hingga bertanya pada teman yang sudah berpengalaman. Yuk, lanjut baca ke Tips Konsisten Menulis di Blog si Pekerja Sif.
Apakah sobat sudah pernah mengikuti kelas menulis cerita anak? Yuk, berbagi kesan spesial di kolom komentar! (*)
Saya termasuk orang yang lebih suka memiliki mentor dalam belajar. Kadang memang lihat YouTube atau artikel sejenis. Tapi dengan adanya mentor jadi lebih leluasa dan makin paham dengan apa yang dipelajari. Kelas menulis cerita anak pun begitu ya kak. Apalagi kalau punya banyak rekan sesama penulis, makin mantep.
Saya kira semua yang diutarakan di atas, terutama benefit dan grup alumni merupakan standar kelas menulis, Mbak. Ternyata memang harus jeli ya.
Saya pernah berminat pada kelas menulis dikatakan kelasnya zoom. Saya pikir seluruh materi via zoom, menurut saya ok nih karena saya butuh suasana belajar bersama. Ternyata 2x klasikal alias semua kelas gabung. Untung saya tanya dulu. Memang harus jeli dan bikin ceklis benefit apa yang menurut kita penting.
Aku pernah ikut kelas menulis cerita anak dari kelasnya mas Bambang Irwanto, bloger juga. Sulit menurutku sih...Karena harus bebas banget, kadang di luar logika, namanya juga anak-anak...
aku belum pernah mengikuti kelas menulis cerita anak, tapi dari aku kecil dulu suka membaca majalah seperti Bobo dan aku salut banget sama penulisnya yang bisa membuat imajinasi anak-anak kayak aku waktu itu, menjadi lebih berkembang.
Dan yang ga aku habis pikir adalah, si penulis kok ya nemu aja gitu ide ceritanya, padahal temanya sederhana, dari kehidupan sehari-hari anak-anak
aku dulu pernah bikin cerpen dan dikirim ke majalah, karena aku nulisnya waktu SMP, jadi Sudut pandangnya aku buat untuk remaja. Dan aku sendiri memainkan imajinasiku saat menulis cerpen
saya punya pengalaman juga nih ikut kelas tapi bukan menulis cerita anak tapi ilustrasi buku anak dan ini menyenangkan banget. Tapi bagusnya, kelas ini juga menyuruh ilustrator jadi penulis juga. double benefit ya, hehe
saya punya pengalaman juga nih ikut kelas tapi bukan menulis cerita anak tapi ilustrasi buku anak dan ini menyenangkan banget. Tapi bagusnya, kelas ini juga menyuruh ilustrator jadi penulis juga. double benefit ya, hehe
Menulis cerita anak ini merupakan Hal yang menyenangkan ya kak. Tapi meski menyenangkan bukan termasuk Hal yang mudah nih sayangnya
Mbak aku pengen banget ikutan kelas menulis cerita anak nih, seruuu pasti ya