Menulis Cerita Anak untuk Media Elektronik, Tayang Segera!
Saat ini media yang menerbitkan cerita anak bukan hanya media cetak, tetapi juga media elektronik. Banyak web yang terlihat ‘mendadak’ muncul menampilkan laman sastra. Walaupun sebenarnya ini bisa dimaklumi karena banyak pembaca yang memang sudah beralih dari media cetak ke media elektronik.
Hal ini juga menjadi peluang menjanjikan bagi penulis yang mungkin terkendala jarak untuk membeli media cetak guna memantau pemuatan karyanya. Jika karya tersebut ditujukan ke media elektronik, tentu proses pemantauan pemuatannya juga lebih mudah. Tinggal klik-klik layar maka penulis akan segera mengetahui ‘takdir’ naskah kirimannya.
Hampir sama seperti ulasan sebelumnya tentang Menulis Cerita Anak untuk Media Cetak, Rahasia Dimuat Cepat! Pengiriman naskah cerita anak ke media elektronik juga melewati serangkaian proses untuk memperbesar peluang pemuatan naskah oleh tim redaksi.
Sebelum dan Setelah Menulis Cerita Anak
Apa saja hal yang perlu diperhatikan sebelum dan setelah pengiriman naskah cerita anak ke media elektronik?
Rubrik yang tersedia
Karena naskah yang ingin kita kirimkan adalah naskah cerita anak, kita harus memastikan terlebih dahulu apakah media tujuan memang menyediakan rubrik tersebut atau tidak.
Walaupun ada juga media yang mengkhususkan website merea untuk pemuatan naskah cerita anak, ada juga beberapa media elektronik yang menyediakan rubrik ini secara campuran alias terdiri dari beberapa rubrik.
Jangan sampai kita mengirimkan naskah cerita anak ke media yang tidak menyediakan rubrik tersebut karena itu hanya akan menjadi sia-sia.
Cara kirim naskah
Website selalu memberikan cara kirim sesuai ketentuan redaksi. Ada media elektronik yang seperti biasa, meminta pengirim mengirimkan naskah melalui alamat surel. Ada juga yang menulis langsung di platform mereka setelah sebelumnya membuat akun.
Oh ya, ada juga website yang menyediakan google form sebagai sarana pengiriman naskah cerita anak.
Penulis harus jeli memperhatikan hal ini karena naskah sebagus apapun jika dikirimkan tidak sesuai jalur yang tepat tidak akan sampai ke dapur redaksi.
Jadwal tayang
Waktu ini berhubungan dengan jadwal kita melancarkan aksi kepo. Apakah karya saya dimuat pekan ini? Ohya, perihal waktu ini kita juga harus perhatikan karena ada website yang memuat karya terbaru setiap pekan dan setiap bulan.
Jika kita menyasar tema tertentu di tanggal dalam bulan itu, jangan lewatkan kesempatan untuk mengirimkan naskah cerita anak beberapa minggu sebelumnya untuk memperluas peluang naskah kita mendapatkan lebih banyak perhatian redaktur.
Memperhatikan jadwal tayang memungkinkan penulis bisa menyiapkan strategi berikutnya. Misalnya, jika pekan ini naskah kita belum dimuat, boleh dong kirim naskah berikutnya atau jika masih ingin bersabar bisa dengan menunggu beberapa pekan untuk kemudian mengirimkan naskah ke media elektronik yang sama.
Dalam masa penantian pemuatan, kita bisa kok mengirimkan naskah lainnya ke media lain. Namun jika mengirimkan naskah beda ke media elektronik yang sama, alangkah baiknya memberikan jeda beberapa waktu.
Tindak lanjut naskah
Setelah naskah terkirim, sepertinya tugas kita sudah selesai ya. Tinggal duduk cakep menantikan kabar pemuatan. Oh, tidak! Setelah jadi tim pemantau yang baik, kita harus bisa memutuskan nasib naskah selanjutnya.
Tentu sangat disayangkan jika naskah yang telah kita susun sedemikian rupa itu hanya berakhir di kotak sampah redaksi karena kita tidak memperdulikan nasibnya lagi.
Kita bisa kok membuat surat penarikan naskah lalu mengirimkan naskah tersebut pada media elektronik lainnya. Hal ini untuk mencegah andaikata naskah cerita anak kita dimuat di kedua media yang berbeda, kesalahan tidak lagi terletak pada kita.
Karena pengirim cerita anak ke media ini cukup banyak, saya tidak menganjurkan untuk mengirimkan pesan secara pribadi kepada tim redaksi untuk memperjelas nasib naskah.
Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan kesan baik oleh redaktur. Seolah kita ‘memaksa’ beliau untuk memuat naskah kiriman kita tersebut.
Mempersiapkan opsi alih cerita
Nah, jika naskah kita sudah ‘lelah’ dikirimkan ke sana-sini tetapi belum menemukan tuan rumah, kita bisa mengubahnya ke dalam bentuk picture book (cerita bergambar). Untuk melakukan hal ini memang kita harus mengikuti sejumlah catatan sebagai panduan penulisan.
Untuk buku bergambar, penulis bisa mengirimkan naskah ceritanya ke penerbit. Insyaallah tentang detail info ini akan saya bagikan pada ulasan pekan depan, ya.
Sobat penulis cerita anak, menulis cerita anak memang penuh tantangan. Mulai dari ide ditemukan hingga disajikan kita akan menemui banyak hal. Saya juga begitu saat pertama kali menapak jejak di dunia kepenulisan cerita anak. Ada banyak rambu-rambu yang bisa jadi terkesan biasa di kehidupan nyata malah tidak boleh diangkat dalam cerita.
Semangat berproses. Meski sesekali jatuh tak boleh lelah untuk bangkit kembali. Menulis cerita anak adalah salah satu usaha transfer energi baik bagi kehidupan masa depan mereka. Yuk, lanjut baca ke Menulis untuk Merawat Ingatan, Benarkah?
Apalagi di dunia serba digital saat ini, cerita anak penuh edukasi yang tersaji di media elektronik bisa jadi membawa pancaran terang benderang di masa depan. (*)