Omong-Omong tentang Privilege, Kita Semua Punya atau Tidak

Kata privilege awalnya terdengar begitu asing di indera pendengaran saya, sehingga merasa perlu membuka kamus untuk memahami artinya. Eh, ternyata dalam bahasa Indonesia kata ini menjadi privilese yang artinya hak istimewa.

Hak istimewa yang melekat pada diri setiap orang ini tentu unik, ya. Ada yang diberi kemudahan saat melakukan hal a. Di sisi lain ada pula orang yang lebih mudah melakukan hal b.

Suatu hari saya menghadiri launching novel salah seorang teman penulis. Saya datang agar cepat karena hari itu bertepatan dengan pulang dinas malam. Pikir saya, acara akan berlangsung cepat dan saya nggak butuh waktu lama untuk pulang.

Ternyata durasi acara terjadi di luar dugaan. Acara dibuka agak siang karena banyak yang belum hadir. Dalam kesempatan itu salah seorang kenalan menyapa saya.

“Kerja di mana, Kak?” tanyanya.

 

Karena saya lihat sosoknya punya usia tak jauh berbeda, saya anggap dia teman sebaya.

Saya menyebutkan nama rumah sakit tempat bekerja.

 

“Bayar berapa, Kak?”


Untuk seseorang yang baru saja menikmati dunia pekerjaan profesional, pertanyaan seperti itu terasa menyakiti

Saya pun menjelaskan kronologi bagaimana bisa bekerja di tempat ini.

Syukurlah setelah itu acara dimulai. Saya sungguh tak sabar melanjutkan acara dan memutuskan basa-basi ini.

Pertemuan singkat tersebut nyatanya membawa saya pada satu kesimpulan bahwa dibutuhkan privilege untuk meraih impian. Dalam konteks ini adalah pekerjaan.

Privilege, Ambil Kesempatan Secara Bijak


privilege-adalah-hak-istimewa


Dalam beberapa fakta di lapangan saya bisa menyaksikan bagaimana teman kantor bisa berada dalam situasi ini.

“Mumpung suara saya masih didengarkan.” Ucapan ini seolah menjadi satu kalimat menunjukkan kehebatan. Lantas bagaimana dengan mereka yang tidak berada dalam posisi ini?

Teman kantor tersebut menggunakan hak istimewa yang ia miliki untuk membantu melengkapi pemberkasan adik-adik magang di ruangan.

Hemat saya dia berhasil melaksanakan tanggung jawab moral sesuai dengan privilege-nya! Ia tidak menggunakan privilege untuk melakukan suatu hal di luar batas kewajaran.

Lantas apakah mereka yang tidak terlahir dengan privilege sesuai standar umum tidak akan bisa meraih impian mereka?

Tentu saja hal ini tidak benar. Masih ada peran kerja keras yang bahkan bisa mengubah privilege yang sudah ada menjadi tidak berarti sama sekali. Kerja keras mampu mengubah zero menjadi hero dalam banyak fakta. Jika sang hero memiliki privilege ia akan lebih mudah menjalankan visi dan misinya.

Privilege, Bersyukur Memiliki, Menggunakan dengan Bijak


Kita dilahirkan di keluarga yang berpunya. Kita mendapatkan pendidikan yang layak. Kita diberikan sandang, pangan, dan papan yang cukup. Jika kita memiliki satu impian, meski yang lain punya impian sama, kita akan lebih mudah dibandingkan orang lain. Dengan privilege yang kita miliki seolah langkah kita menjadi lebih mudah terarah.

Namun privilege bukan pula harga mati. Ia bersifat dinamis yang sangat bisa disesuaikan dengan keseimbangan zaman.

Ada masanya kita pergi ke kantor pemerintahan meminta informasi, lalu terasa begitu sulit. Kita seakan bola yang dioper kiri ke kanan.

Lalu, datang seorang dengan privilege. Ia sudah saling mengenal dengan kepala kantor. Sobat bisa menjawab sendiri apakah ia akan kesulitan mendapatkan informasi atau justru sebaliknya?

Yes. privilege memang melekat pada setiap orang. Meski definisinya sendiri masih mengalami perbedaan pendapat, tetapi maknanya tetaplah satu, yakni hak istimewa. Kehadirannya bisa memudahkan. Bagi yang memiliki tentunya harus bijak agar bisa memaksimalkan fungsinya untuk kebaikan bersama.

Bagaimana pendapat sahabat tentang privilege ini? Apakah sahabat pernah mengalami hal buruk terkait hal ini? Yuk, berbagi di kolom komentar.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url