Jurang Sukses Itu Bisa Jadi Bernama FOPO

Assalamu’alaikum, Sobat Syl

Bertahun yang lalu saya pernah mengalami hal tidak mengenakkan dalam hubungan sosial. Hal ini pernah saya ulas dalam beberapa artikel saya di media blog. Bagaimana akhirnya ucapan negatif yang dilontarkan berhasil saya ubah menjadi energi positif untuk bangkit meraih impian.

Say No Menjadi Tawanan FOPO


fear-of-peoples-opinion


(FOPO) Fear of People’s Opinion yang dalam bahasa Indonesia adalah takut pada pendapat orang lain menjadi momok besar setelah sebelumnya saya mengenal istilah FOMO (Fear of Missing Out). Seseorang seolah menjadi tawanan dari apa yang orang lain harapkan tentang dirinya. Orang tersebut tak lagi bisa berlaku sesuai yang ia mau, tetapi sesuai pendapat orang lain tentang dirinya.

Istilah FOPO ini diperkenalkan seorang psikolog bernama Michael Gervais yang memperhatikan bahwa situasi ini bisa menyebabkan stres yang pada akhirnya menjadi penghalang signifikan kehidupan profesional dan pribadi seseorang yang menyebabkan mereka menghindari tujuan dan mengambil risiko yang telah diperhitungkan menjadi sulit dihindari.

Dalam sebuah picture book berjudul Me and My Fear yang saya temukan read a loudnya di YouTube, seorang anak digambarkan hidup bersama ketakutan. Rasa takut itu digambarkan dalam bentuk tokoh. Ia bisa membesar seiring besarnya ketakutan di anak pada suatu hal. Sebaliknya, ia bisa pula menjadi sangat kecil bagi orang yang berhasil menguasai ketakutan.

Rasa takut sesungguhnya dapat membantu seseorang terhindar dari sesuatu yang tidak aman baginya. Namun di sisi lain ketakutan ini bisa membuat seseorang enggan mencoba hal baru yang bisa jadi itu baik bagi dirinya.

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. Al Baqarah, 155-157)

Bagi muslim, ayat Alquran di atas menunjukkan bahwa memang ketakutan adalah hal alamiah yang merupakan anugerah Allah swt. Saat ia bisa dengan bijak memanajemen rasa takut tersebut, ia termasuk orang yang mendapat petunjuk.

Lantas bagaimana jika takut ini berhubungan dengan orang lain? Lebih-lebih jika hal ini sudah mengganggu jalan seseorang dalam peraihan impian.

Mimpi Saya Bukan Tentang Bagaimana Penerimaan Mereka Kata


ThachilMD, cardiologist, educator and content creator, dalam saluran YouTube-nya mengemukakan bahwa FOPO yang tidak terkendali dapat menyebabkan hilangnya kreativitas dalam hidup. Hidup hanya tentang mendapatkan pengakuan dari orang lain bukanlah hidup yang sebenarnya ‘hidup’.

Alhamdulillah saya berhasil keluar dari ketakutan itu. Saya pernah hampir patah tentang kondisi saat itu. Lalu perlahan menemukan kembali titik terang dari permasalahan hidup ini. 

Kita tidak bisa selamanya hidup dalam bayang-bayang apa yang orang lain inginkan. Kita punya jalan yang telah tersusun tiap keloknya. Bila pendapat orang lain berhasil masuk, bisa jadi kelok tadi semakin tajam hingga perolehan impian hanyalah tinggal manisnya harapan.

Biarlah orang berkata apa
Yang penting aku bahagia

Sahabat pernah mendengar potongan lirik tersebut, kan? Eits, bacanya jangan sambil nyanyi, ya. Hehehe.

Namun lebih dari itu kata-kata yang kita maksud pada penggalan kalimat di atas bukan hanya kata bernada negatif yang bisa menghentikan langkah perolehan impian, tetapi bisa jadi kalimat bernada positif yang bisa jadi belum selangkah seirama dengan kondisi saat ini.

Gelar Sarjana Kedua Masih Impian Hingga Detik Tanya


Alhamdulillah saya masih diberikan kemauan untuk terus merenda harapan. Pendidikan kebidanan yang saat ini juga mewajibkan profesi membuat saya masih berada di persimpangan jalan, melanjutkan profesi atau sarjana kedua. Meski begitu saya sadar keduanya memiliki fokus besar sehingga segala sesuatu menuju salah satunya harus dipikirkan secara matang.

“Yoklah, kuliah sama-sama,” ajak salah seorang rekan kerja saya.

Seperti biasa saya menjawabnya dengan senyuman, meski hati saya terasa ingin mengatakan, “ya, saya sangat ingin kuliah lagi.”

Penutup


Hidup senantiasa dalam ketakutan pada pendapat orang lain bukan hidup yang merdeka. Kita akan selalu merasa apa yang kita lakukan seolah tak berharga.

Bukannya berhasil memperoleh impian kita hanya akan terus menerus menyenangkan semua orang yang tak ada habisnya.

Berhentilah menyenangkan semua orang karena diri kita terlalu berharga untuk terus menerus mengejar kemenangan sementara. (*)
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url